BANDUNG HARDCORE

BILLFOLD


save them to save us

Sabtu, 02 Juni 2012

too weak to dance

    Bandung memang tidak henti-hentinya memproduksi musisi-musisi berbakat baik itu major label sampai indie label. Salah satunya band indie yang bernama Too weak To Dance, mungkin band ini masih sedikit yang tahu keberadaannya. Tapi, di Bandung sendiri bisa dibilang mereka udah lumayan terkenal karena udah sering main dan namanya udah sering nongol di pamflet-pamflet acara musik di Bandung.

    Bagi mereka (orang-orang yang berjiwa muda) yang baru pertama kali mendengarkan musik Too weak To Dance entah itu di radio atau mungkin di myspacenya pasti mereka beranggapan bahwa musik tersebut adalah musik dari Pee Wee Gaskins band asal Jakarta yang memang sama-sama menggunakan instrument synthtizer dan alunan musik yang bisa dibilang sama. “heii, ini Too weak To Dance bukan band lain, jangan disama-samain ah” kata si bassis Ara. Perbedaannya terletak pada tarikan suara sang vokalis novan yang kata orang banyak suaranya campuran dari vokalisnya Fall Out Boy sama Panic at The Disco dan kalo didengar secara merinci musik mereka memang berbeda.

    Too weak To Dance yang berformasikan Novan (Vocal), Ara ( bass & Vocal ), Zul ( Lead Guitar & back voc ), Rangga ( Rhythm Guitar & back voc), Dhamar ( Synthesizer ), Baim ( Drum ) Sudah mulai main bareng sejak november 2008. mereka mengatakan musik mereka adalah pelampiasan setiap personilnya yang belum sempat terlampiaskan di band-band para personilnya sebelumnya, pelampiasan mereka inilah yang akhirnya membentuk Too weak To Dance menjadi seperti sekarang. Nama Too weak To Dance dijadikan nama band mereka atas dasar pemikiran Novan dan Dhamar yang tak lain vokalis dan pemain synth band ini, nama ini dibuat dengan harapan bisa diterima oleh orang banyak dan membuat mereka berdansa sampai lelah.

   Too weak To Dance sendiri mengatakan mereka memaikan musik dengan genre indie rock tapi walaupun orang-orang yang mendengarkan mereka bilang mereka band emo, punk, pop mereka terima aja. Aliran indie rock dipilih karena setiap personilnya memiliki latar belakang influence yang berbeda-beda misalnya Fall Out Boy,Forever The Sickest Kids, Paramore, Cash Cash, Panic At The Disco, New Found Glory, Blink 182, dan lainnya. Dari keberagaman influence setiap personilnya jadilah musik Too weak To Dance yang mereka katakan sebagai indie rock.

   Sampai sekarang Too weak To Dance memang belum mengeluarkan album tapi mereka sudah membuat demo yang berisi 3 lagu salah satunya “I hope someday” yang ditulis dan diaransement oleh mereka sendiri. Lagu tersebut bisa dibilang sebagai lagu gacoannya Too weak To Dance. Karena lagu dengan lirik yang lumayan dalem dan ditulis sendiri oleh novan sang vokalis tersebut sekarang udah nangkring di no.1 chart idie ardan radio Bandung selain itu lagu tersebut udah masuk 100 besar LA Lights Indiefest regional Bandung
sumber: sciencetific share

SKATE PUNK

Skate punk (kadang-kadang disebut inti atau skate skate rock) adalah sebuah subgenre dari punk rock, asalnya merupakan turunan dari hardcore punk, yang telah populer di kalangan pemain skateboard. [1] Skate punk tumbuh dari Nardcore punk dari Oxnard, California. It is very similar to Nardcore, as it is fast and aggressive, yet some skate punk focuses more on melodic and harmonious vocals. Hal ini sangat mirip dengan Nardcore, karena cepat dan agresif, namun beberapa skate punk lebih memfokuskan pada vokal melodius dan harmonis. Skate punk is usually also more technical than Nardcore . Skate punk biasanya juga lebih teknis daripada Nardcore. Many members of skate punk bands have been skateboarders . Banyak anggota band punk skate telah pemain skateboard. Their lyrics occasionally focus on, or at least reference, skateboarding. Kadang lirik mereka berfokus pada, atau setidaknya referensi, skateboarding. The skate punk music style is fast and meant to recreate the feel of skateboarding. Para skate gaya musik punk cepat dan dimaksudkan untuk menciptakan kembali merasakan skateboarding. Commonly used instruments include distorted guitars and surf rock -style drums. Instrumen yang biasa digunakan termasuk terdistorsi gitar dan surfing rock-style drum. Many skate punk bands also fit into the genres pop punk , hardcore punk , melodic hardcore and thrashcore . Banyak juga band-band punk skate cocok dengan genre pop punk, hardcore punk, hardcore melodis dan thrashcore.
SEJARAH
Skate punk dimulai pada awal 1980-an California, tempat main skateboard populer dan dianggap sebagai suatu bentuk pemberontakan. Bands such as Dr. Know, Agression, Suicidal Tendencies, Stalag 13, Agent Orange, Ill repute, JFA etc. were the structure of the skate core scene. Band-band seperti Dr Ketahuilah, Agresi, kecenderungan bunuh diri, Stalag 13, Agen Oranye, III reputasi, dll JFA struktur skate adegan inti. Bands that influenced the genre include Black Flag , JFA and Minor Threat . Band yang mempengaruhi termasuk genre Black Flag, JFA dan Minor Threat. The 1990s saw a rise in its popularity, with skate punk bands experiencing commercial success and events like the Warped Tour and the X-games have featured skate punk bands. 1990-an melihat peningkatan popularitasnya, dengan band-band punk skate mengalami kesuksesan komersial dan acara seperti Warped Tour dan X-games telah menampilkan band-band punk skate.
Since the 1990s, skate punk has slowly grown in popularity (with the exception of the US ), especially in Europe , Japan , and South America . Sejak 1990-an, skate punk telah perlahan semakin populer (dengan pengecualian dari AS), terutama di Eropa, Jepang, dan Amerika Selatan. The Japanese record label, Bells On Records is a staple in the resurgence of skate punk. Di Jepang label rekaman, Bells On Records adalah sebuah pokok dalam kebangkitan skate punk. It features more than 20 bands from around the world. Ini fitur lebih dari 20 band dari seluruh dunia.
sumber: yana panca diana putra

sejarah band billfold

BILLFOLD adalah pop punk hardcore band berasal dari Bandung yang terbentuk di awal tahun 2010. Band ini merupakan sebuah project baru dari Gania Alianda bersama Pam, Anga dan Ferin. Mereka mencoba untuk membuat suasana baru di belantika musik Indonesia, dengan front line wanita di dalamnya. Mencoba memainkan musik hardcore dengan beat punk yang ciamik dan easy listening, mereka menggemari musik-musik poppunk hc amerika seperti daggermouth , set your goal, four years strong dan band band gelombang baru easycore amerika namun tetap mempertahankan set beat punks / hc lama seperti, h20,shelter hingga warzone.


General Info :
Genre: Hardcore / Punk / Rock
Location BANDUNG CITY, Please select your region, In
Profile Views: 11192
Last Login: 2/3/2011
Member Since 8/3/2010
Record Label YOUNG BLOOD RECS
Type of Label Indie
Members of Billfold :
ALIANDA GANIA – VOX
PAM ALAYUBI – DRUMS
FERIN – BASS
ANGGA – GUITAR
Gania alianda sebelumnya sudah memiliki band hardcore yang dijalankan bersama kakaknya hingga menyanyi dalam single “supergirl “ bersama rosemary namun di dalam band ini suara merdunya kurang terdengar karna suara lantang dengan lirik lirik protes ala punk anak muda akan terdengar di setiap baitnya. Dan seorang drummer yang flamboyant sempat membentuk band happy hardcore bersama gangs lamanya, dan masih aktif dengan band oi! dan ska nya,dia memberikan beat beat punk yang ciamik di band ini.
Posisi guitar di isi oleh seorang guitaris band hardcore asia minor, dia adalah angga seorang pekerja keras yang membuat komposisi guitar kasar dalam band ini. Dan seorang wanita bernama Ferrin ini memainkan bass di band hardcore asal barat bandung yg bernama strike first dan mencoba peruntungan bermusik di tahun 2010 karena bisnis yang dia jalani gagal ditengah jalan.
Single pertama billfold di keluarkan pada bulan desember 2010 kemarin berjudul “destroyed without hesitation “ bercerita tentang seseorang yang ingin sekali membuktiakan bahwa sebenarnya dia mampu menghancurkan musuhnya tanpa rasa takut .Dan lagu ini pun mendapat respon baik, terbukti dari komentar yang di berikan oleh teman teman di jejaring social facebook dan twitter. Dan masuk ke dalam chart beberapa acara indie di radio-radio lokal di bandung . dan mereka pun berencana untuk merilis single pertamanya di bulan ketiga tahun 2011 ini berisikan 4 lagu yg bercerita tentang keadaan alam, pertemanan, keadaan social di sekeliling mereka dan sedikit nuansa protes tentang keadaan politik pemerintahan di negri ini. Mini album mereka akan di rilis oleh record label mereka sendiri yang bernama young blood music
sumber:bugsy siegle

Avenged Sevenfold di Jakarta


Malam ini, bertempat di Tennis Indoor Senayan pukul 20.00 WIB, akan digelar konser Avenged Sevenfold, yang merupakan bagian dari rangkaian konsernya di Indonesia.

Grup musik beraliran rock asal Amerika, yang beranggotakan M. Shadows (vokal), Synyster Gates (lead guitar), Zacky Vengeance (guitar), Johnny Christ (bass), dan The Reverend (drum), ini memang terbilang sukses dan telah menelurkan empat albumnya yang berhasil menarik penggemar di blantika musik Indonesia.

Dan untuk konser mereka nanti malam, grup band Endank Soekamti, grup asal kota Yogyakarta, akan tampil untuk opening act selama lebih kurang 30 menit.

Menurut keterangan Adrie Subono dari Java Musikindo, pihak penyelenggara konser tersebut, dari jumlah tiket yang disediakan sebanyak 3750 lembar, semuanya dinyatakan sold out alias terjual habis, dengan tiket yang 'dibanderol' seharga Rp200 ribu untuk kelas Tribun, Rp300 ribu untuk kelas Festival.

"Tiket sold out dari 3750 tiket sisa 200, itupun disiapkan untuk penggemar yang berada di luar kota. Secara global tiket habis," terang Adrie, saat menggelar preskon di Hotel Mulia Senin (7/8).

Seperti halnya band-band mancanegara yang datang ke Indonesia, mereka juga tak lupa untuk mencicipi masakan Indonesia, yang salah menunya adalah ular.

"Seneng ada di Jakarta, mereka datang ke Indonesia karena banyak banget surat e-mail fans dari Asia dan Indonesia. Rutinitas sempat jalan-jalan dan makan ular seperti grup band yang lain. Nama Indonesia cukup berkembang diantara mereka," terang Melanie Subono, puteri Adrie Subono saat menjadi guide mereka.

Rencananya, untuk konser nanti malam, mereka akan menampilkan beberapa lagu terbaru mereka di album ke-4, seperti, BURN IT DOWN, BAT COUNTRY, SEIZE THE DAY.

"Malam ini, untuk Asia, Indonesia adalah yang pertama untuk mendengar lagu baru mereka dan mereka sempat latihan 10 hari untuk tampil di Indonesia," janji Avenged Sevenfold melalui Melanie.

courtessy : musik underground

sejarah musik Underground di bandung

Sejarah Musik Underground di Bandung

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masa indah banget sekali pisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan juga lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!
courtesy: http://dongnong.wordpress.com